Senin, 11 November 2013

PERKEMBANGAN ALINEA

METODE PENGEMBANGAN ALINEA

 
a.       Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita definisikan di dalam teks definisi itu.
b.      Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.
c.       Metode Contoh
     Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
d.      Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
e.       Metode Perbandingan
Kalimat topik berisi perbandingan dua hal, misalnya yang bersifat abstrak dengan yang bersifat kongkret. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan memperinci perbandingan tersebut dalam bentuk yang lebih detail.
 
 
Referensi :

ALINEA

Alinea atau Paragraf adalah kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat, berupa penggabungan beberapa kalimat yang mempunyai satu gagasan atau satu tema. Meskipun demkian, ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat saja, penyebabnya antara lain :

1. Kurang dikembangkan oleh penulis
2. Sebagai peralihan antara bagian-bagian karangan
3. Dialog antar narasi diperlakukan sebagai satu alinea

Adapun tujuan pembentukan alinea adalah :

a. Memudahkan pegertian dan pemahaman terhadap satu tema
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal.

Jenis-Jenis Alinea
Persyaratan Alinea :

a. Memiliki kesatuan alinea : dalam satu alinea hanya memiliki satu pokok pikran.
b. Memiliki kepaduan alinea atau koherensi.
Koherensi alinea dapat diciptakan melalui susunan yang logis dan perkaitan antar kalimat, dengan cara repetisi, kata ganti, dan kata sambung.

Jenis-jenis alinea

1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya

A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraph

B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif

C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.

D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga

Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:

a. Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca
b. Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
c. Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
d. Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
e. Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.

3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

a) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam karangan .

Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di fungsikan untuk:

1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
b) Paragraf Pengembang

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:

1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.

c)Paragraf Penutup

Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas.

Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :

1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya


Referensi :
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html

Kamis, 07 November 2013

KALIMAT EFEKTIF 
 
 
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya di dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
 
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
 
a.    Bentukan kata harus sesuai EYD
b.    Struktur kalimat tepat
c.    Kesejajaran
d.    Kontaminasi
e.    Pleonasme
f.    Menggunakan kata baku
g.    Kelogisan
h.    Selalu menggunakan EYD
 
A.    Bentukan kata
 
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Contoh:
1.    Anak-anak melempari batu ke dalam sungai.
2.    Guru menugaskan siswanya membuat karangan.
 
Kalimat-kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1 membutuhkan objek yang bergerak, sedangkan akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek yang diam.
 
Perbaikannya :
1.    Anak-anak melemparkan batu ke dalam sungai.
2.    Guru menugasi siswanya membuat karangan.
 
B.    Struktur kalimat
 
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
 
Contoh:
1.    Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat.
2.    Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.
 
Kalimat 1 tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2 induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.
 
Perbaikannya :
1.    a. Ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat
b. Di antara ketiga anaknya terdapat perbedaan sifat
2. Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.
 
C.    Kesejajaran
 
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
 
Contoh:
1.    Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2.    Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
 
Perbaikannya :
1.    Tugas para pekerja itu adalah pengecatan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2.    Kagiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
 
D.    Kontaminasi
 

Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
 

Contoh:
1.    Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2.    Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3.    Buku itu sudah dibaca oleh saya.
 

Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
 

Perbaikannya:
1.    a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
       b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
 

E.    Pleonasme
 

Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
 

Contoh:
1.    Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2.    Kesehatannya telah pulih kembali.
 

Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman = waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih = kembali seperti semula.
 

Perbaikannya :
1.    Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2.    Kesehatannya telah pulih.


Referensi :

http://bahasakubahasamu.wordpress.com/2012/01/30/kalimat-efektif/

KATA DAN PILIHAN KATA


 

Pengertian Diksi Pilihan Kata

Pengertian Diksi

           

  Seseorang yang menguasai banyak kosa kata dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Namun, akan lebih baik jika dalam mengungkapkan gagasannya, ia dapat memilih  atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai. Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata yang dapat menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar. Untuk itu, agar gagasan-gagasan tersebut dapat dengan tepat ada pada majinasi pembaca atau pendengar, ketersediaan kata yang dimiliki oleh seorang penulis mutlak diperlukan yaitu berupa perbendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki daftar kata. Persoalan ketepatan pilihan kata dari daftar kata itu akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang, sehingga dari daftar kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
            Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pilihan kata adalah di antaranya penulis/pengarang mampu membedakan secara cermat denotasi dan konotasi kata, mampu mengetahui kata kerja yang menggunakan kata depan yang harus digunakan secara idiomatis, mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, menghindari kata-kata ciptaan sendiri, waspada terhadap penggunaan kata asing, dan mampu membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan, sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan Tuhan. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak dapat mengatakan Kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang tepat pula jika kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Itulah contoh hasil analisis dan pertimbangan tertentu. Jadi, ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna kata dari waktu ke waktu.
Dari uraian di atas ada tiga hal yang dapat kita simpulkan, yaitu :
(1) kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai banyak kosa kata,
(2) pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna yang bersinonim,
(3) pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata yang tepat dan cocok untuk situasi atau konteks tertentu.
Dengan demikian bahwa pilihan kata sebenarnya berhubungan dengan tutur dan tata tulis untuk mewadahi pikiran. Untuk memilih kata dengan tepat, diperlukan penguasaan kosa kata yang memadai. Kata yang dipilih harus dapat memberi ketepatan makna karena pada masyarakat tertentu sebuah kata sering mempunyai makna yang baik , dan pada masyarakat lain memberikan makna yang kurang baik. Penggunaan kata harus sesuai dengan norma kebahasaan masyarakat. Agar tidak salah, gunakanlah kamus sebagai pedoman dalam pemilihan kata. Karena dengan menggunakan kamus, kata-kata yang disajikan tidak hanya sebatas kata, tetapi juga beserta contoh kalimatnya, sehingga kita bisa melihat dengan tepat konteks kata tersebut.
Jadi, yang dimaksud dengan pilihan kata / DIKSI adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Agar maksud dan tujuan pilihan kata dapat tercapai seperti apa yang telah dituliskan pada definisi tersebut diperlukan semacam indikator bahwa si pendengar atau pembaca dapat memiliki gambaran atau perasaan yang sama layaknya penulis atau pembicara, yaitu :
(1) dapat mengomunikasikan gagasan dan sesuai berdasarkan kaidah suatu bahasa, dalam hal ini adalah kaidah bahasa Indonesia,
(2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna,
(3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan
(4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Untuk itu diperlukan sesuatu yang disebut dengan kesesuaian pilihan kata dan ketepatan pilihan kata walaupun kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Ketepatan pilihan kata berkenaan dengan apakah kata yang digunakan sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan anggapan yang lain antara pembicara dan pendengar atau penulis dengan pembaca. Adapun yang berkenaan dengan kesesuain pilihan kata, apakah kata yang digunakan tersebut tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang diajak berbahasa.
Agar seseorang dapat mendayagunakan bahasa secara maksimal diperlukan kesadaran betapa pentingnya menguasai kosakata. Penguasaan kosa kata tidak akan perrnah lepas dari kemampuan menggunakan pilihan kata secara tepat. Memilih kata yang tepat untuk dapat menyampaikan gagasan ilmiah menuntut penguasaan, seperti
(1) keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan,
(2) wawasan bidang ilmu yang dtulis,
(3) konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran,
(4) syarat ketepatan kata, dan
(5) syarat kesesuaian kata. Oleh karena itu, ketepatan pemilihan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan.
Ketepatan tersebut akan dapat menghasilkan kepastian makna, sedangkan kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang hendak diciptakan, sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.  Agar dapat memiliki ketepatan dan kesesuaian kata dalam pemilihan kata, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

PEMBENTUKAN KATA ( IMBUHAN ASING )
 
Umumnya, kita dapat membahagikan unsur-unsur imbuhan asing ini kepada tiga kumpulan, mengikut bahasa asal imbuhan-imbuhan tersebut. Tiga kumpulan ini ialah:
 
i) imbuhan Sanskrit
ii) imbuhan Arab
iii) imbuhan Yunani-Latin-Inggeris
   
Imbuhan Sanskrit
 
Imbuhan yang berasal daripada bahasa Sanskrit ialah jenis imbuhan yang telah lama terserap ke dalam sistem tatabahasa bahasa Melayu. Antaranya, seperti maha-, pra-, dan panca-, telah menjadi sebati dengan perkataan-perkataan dasar bahasa Melayu, sehingga penggunaannya amat produktif. Tetapi, terdapat juga bentuk imbuhan, seperti tuna, tri, dan nita-, yang mana penggunaannya atau terbitannya tidak begitu produktif.
Imbuhan Sanskrit terbahagi kepada dua:
 
i) awalan: maha-, tata-, pra-, swa-, panca-, tuna-, eka-, dwi-, tri-
ii) akhiran: -wan, -man, -wati, -nita
Imbuhan awalan Sanskrit
a) Awalan maha-
Awalan ini berfungsi melahirkan bentuk kata adjektif dan kata nama, dan membawa pengertian paling atau tahap terbesar, tertinggi dan teragung
Contohnya:
maha + rani
maha + dewa
maha + guru
maha + siswa
maha + raja
maha + meru
maha + hakim
maharani
mahadewa
mahaguru
mahasiswa
maharaja
mahameru
mahahakim
Mengikut kelaziman, ejaan bentuk terbitan daripada jenis maha + kata adjektif dieja berasingan. Perkataan maha dalam binaan ini tidak bertaraf imbuhan tetapi satu perkataan yang utuh.
Contohnya:
maha + mulia
maha + besar
maha + agung
maha mulia
maha besar
maha agung
b) Awalan tata-
Bentuk awalan ini digunakan khusus untuk menerbitkan kata nama, yang membawa pengertian suatu susunan atau peraturan.
Contohnya:
tata + tertib
tata + susila
tata + bahasa
tata + cara
tata + nama
tata + hukum
tata + negara
tata + buku
tata + kalimat
tatatertib
tatasusila
tatabahasa
tatacara
tatanama
tatahukum
tatanegara
tatabuku
tatakalimat
c) Awalan pra-
Bentuk awalan pra- ialah awalan yang produktif yang menerbitkan kata nama untuk membawa pengertian sebelum atau syarat kepada sesuatu yang mengikutinya.
Contohnya:
pra + kata
pra + syarat
pra + sejarah
pra + siswazah
pra + sangka
pra + wacana
pra + universiti
pra + sarana
prakata
prasyarat
prasejarah
prasiswazah
prasangka
prawacana
prauniversiti
prasarana
d) Awalan swa-
Awalan swa- digunakan untuk menerbitkan kata nama yang memberikan makna sendiri. Awalan ini mempunyai potensi untuk menjadi awalan yang produktif, walaupun dewasa ini penggunaannya masih agak terbatas.
Contohnya:
swa + daya
swa + asta
swa + sambada
swa + tantra
swa + tenaga
swa + layan
swadaya (kekuatan sendiri)
swasta (berdiri sendiri)
swasambada (keperluan sendiri)
swatantra (pemerintahan sendiri)
swatenaga (tenaga sendiri)
swalayan (layan sendiri)
  e) Awalan tuna-
Awalan ini kurang digunakan dalam bahasa Melayu, tetapi sering terdapat dalam bahasa Indonesia. Awalan tersebut menerbitkan kata nama untuk memberi makna tiada atau tidak mempunyai.
Contohnya:
tuna + anggota
tuna + netra
tuna + karna
tuna + karya
tuna + wisma
tunaanggota (tanpa anggota,cacat)
tunanetra (buta)
tunakarna (tuli)
tunakarya (penganggur)
tunawisma (tiada berumah)
  f) Awalan eka-,dwi-,tri-,panca-
Bentuk-bentuk di atas ialah bentuk imbuhan yang menerbitkan kata nama untuk membawa pengertian bilangan, iaitu eka "satu", dwi "dua", tri "tiga", dan panca "lima".
Contohnya:
eka + bahasa
eka + matra
eka + nada
dwi + fungsi
dwi + bahasa
tri + bulan
tri + windu
panca + indera
panca + sila
ekabahasa (satu bahasa)
ekamatra (satu dimensi / berukuran satu)
ekanada (satu nada)
dwifungsi (dua fungsi)
dwi bahasa (dua bahasa)
tribulan (tiga bulan)
triwindu (tiga windu = 24 tahun)
pancaindera (lima indera)
pancasila (lima dasar)

  •      Inonimi
adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Hubungannya bersifat timbal balik; dapat kita katakan bahwa nasib bersinonim dengan takdir, ataupun sebaliknya katatakdir bersinonim dengan nasib. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain. Walaupun kata-kata bersinonim tersebut memiliki kesamaan makna, tetapi kesamaan makna itu tidak bersifat menyeluruh (total) atau benar-benar hanya bersifat “mirip”.
Contoh sinonimi
mati = tewas
ayah = bapak
pintar = pandai
cantik = molek
bunga = kembang
hemat = irit
bodoh = dungu
kejam = bengis

  •      Antonimi
  berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan. Jadi antonimi adalah ‘nama lain untuk benda lain pula’. Venhaar menjelaskan (1978) mendefinisikan antonimi adalah ungkapan (berupa kata, dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat).
Contoh : besar X kecil
pulang X pergi
Contoh Antonim :
•kerasx lembek
•naikx turun
•kayax miskin
       
  •        Hiponimi 
 
     berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma berarti “nama” dan hypo berarti “di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “nama yang termasuk di bawah nama lain”. Sesuai dengan yang diungkapkan Keraf (2005:38)
 
Hiponimi 
adalah semacam relasi antar kata yang berwujud atas- bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas atas yang mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil dan ada kelas bawah yang merupakan komponen komponen yang tercakup dalam kelas atas, maka kata yang berkedudukan di kelas atas ini disebut superordinat dan kata yang berada di kelas bawah disebut hiponim. Istilah superordinat dan hiponim adalah istilah semantic
           
  •             Homonim
 berasal dari kata homo berarti sama dan nym berarti nama. Berarti
 homonim adalah kata yang penamaan dan pengucapannya sama tetapi artinya berbeda. Saya sudah bisa menyetir mobil Tetanggaku terkena bisa ular yang mematikanAda Orang beruang sedang belanja.Besok senin akan diadakan Rapat OSISsudah 10 kali yang dilewatinya.

  •       Polisemi  
     adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh :
a. Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah=kesaudaraan)
b. Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik. (darah=yang berada dalam tubuh)
 
 
 
 
RReferensi :